siaranjabodetabek.com, Sawangan – Budidaya lintah yang diternak memberikan manfaat bagi Abdul Gani (50), yang tinggal bersama Keluarganya di RT 02/16 RW Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan Kota Depok, menuai hasil sebagai pengobatan Alternatif.
Ditangan Abdul Gani, lintah selain untuk memenuhi permintaan konsumen, juga dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan bagi yang mengalami sakit.
“Terapi lintah ini metode ilmiah,” ujar Abdul Gani baru-baru di kediamannya usai mengobati pasiennya.
Abdul Gani memang melayani penyembuhan penyakit melalui media lintah. Selain bekam, Gani juga menciptakan minyak lintah.
“Saya mulai membudidayakan lintah sekitar 2016, awalnya keinginan budidaya lintah karena adanya permintaan konsumen,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Gani ini menerangkan, lintah merupakan salah satu media untuk mengeluarkan darah secara alami. Efeknya, kata Gani, akan meringankan tubuh karena kandungan darah kotor yang menumpuk di bawah permukaan kulit yang menjadi sumber penyakit, akan dihisap lintah tersebut.
“Lintah ini mengeluarkan 14 jenis (zat) kimiawi semacam liur. Salah satunya adalah zat hirudin, histamine, enzim calin, carboxypeptidase A inhibitor dan kolagen, yang bercampur dengan darah dan membawanya ke seluruh tubuh. Kemudian sirkulasi darah menjadi lancar dan tubuh terasa bugar,” terangnya.
Titik yang akan disedot menggunakan terapi lintah ini sesuai analisa akupunktur. Beragam jenis penyakit akan dibekam dengan lintah seperti pada titik pusar yang berfungsi untuk pengobatan penyakit lambung, kadang juga berada di titik-titik di bagian kepala.
“Bisa (bekam lintah) di lidah, bisa di wajah, di mana saja sesuai analisas akupunktur. InsyaAllah beragam penyakit bisa disembuhkan dengan produk Illahiyah dan alamiah ini,” tandasnya.
Menurutnya, lintah yang dicari di kawasan berair seperti rawa-rawa dan kali di wilayah Kelurahan Pengasinan, Kota Depok hingga Raga Mukti, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor ini dibudidaya sejak 5 tahun silam.
“Saya mencari lintah ke rawa-rawa dan kali yang ada di wilayah Pengasinan termasuk di Kali Putih, Desa Raga Jaya,” katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, lintah yang dibudidayakan ada sekitar 40 ribu. Jumlah itu juga dibatasi karena keterbatasan lahan dan modal.
“Budidaya lintah sempat tembus di angka 100 ribu karena permintaan konsumen untuk diekspor ke luar,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, di masa pandemi Covid-19 permintaan lintah berkurang sehingga budidaya juga dibatasi. “Sekarang ini lintah tersebut dijadikan terapi untuk penyakit,” terangnya.
Diungkapkannya, untuk terapi lintah belajar dari secara otodidak, kemudian menimba ilmu karena lintah.
“Sampai sekarang ini lintah digunakan untuk terapi, seperti penyakit diabetes dan penyakit lainnya,” terangnya.
Bahkan sekarang ini, diriya bersama rekan-rekan lainnya melakukan budidaya ikan dan ayam.
“Ya bersama rekan-rekan juga budidaya ikan dan ayam yang masih di kawasan Bedahan,” pungkasnya.(nez/adi)