Linda Megawati Ajak Warga Subang Cegah Stunting

Headline, Nasional344 Dilihat

siaranjabodetabek.com – Anggota Komisi IX DPR RI Linda Megawati Linda menekankan pentingnya masyarakat memahami pencegahan stunting. Pemahaman ini menjadi sangat penting agar ke depan tidak ada lagi kasus stunting di Kabupaten Subang.

“Bila dahulu bangsa kita bodoh karena penjajahan, jangan sampai generasi penerus kita bodoh karena stunting,” ujar Linda saat menjadi narasumber kegiatan Sosialisasi Program Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI Gedung GOW Kabupaten Subang, Sabtu 24 September 2022.

Linda menjelaskan, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini mengakibatkan gangguan perkembangan kecerdasan dan fisik. Beberapa dampak stunting pada anak dapat dikenali dari rentan sakit-sakitan dan sulit mengikuti pembelajaran. Ini yang kemudian memicu rendahnya produktivitas pada saat anak tersebut dewasa.

Di tempat yang sama, Direktur Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Safrina Salim menjelaskan, prevalensi stunting di Kabupaten Subang saat ini berada pada kisaran 18,1 persen. Kondisi stunting secara nasional sebesar angka 24,4 persen. Sedikit lebih rendah dari Jawa Barat sebesar 24,5 persen. Pemerintah menargetkan penurunan prevaensi stunting secara nasional menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.

Guna memastikan percepatan penurunan stunting, sambung Safrina, saat ini BKKBN telah merekrut 200 ribu Tim Pendamping Keluarga (TPK) di seluruh Indonesia. TPK bertugas memberikan pendampingan dan edukasi kepada keluarga berisiko stunting.

“Hadirnya TPK di tengah-tengah masyarakat diharapkan bisa mempercepat proses screening sekaligus memberikan intervensi yang tepat. Kita terus mengedukasi dan sosialiasi terkait dengan stunting. Di mana sekarang kementerian dan lembaga bersama-sama merencanakan strategi penurunan stunting,” ungkap Safrina.

Dia menyebut, ada berbagai faktor penyebab terjadinya stunting yang harus diketahui masyarakat. Selain perilaku pascamelahirkan, kultur yang selama ini terjadi juga harus diperhatikan.

“Strategi BKKBN tidak membicarakan lagi terkait dengan periode seribu hari pertama kehidupan, tapi bagaimana kita membicarakan siklus kehidupan ketahanan keluarga dan keluarga yang berencana. Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Karena itu, peran orang tua sangat dominan dalam menanamkan pendidikan dan pengasuhan berkualiatas terhadap anak,” jelasnya.

Menurutnya, deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang juga perlu dilakukan oleh orang tua, sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita. Safrina mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak lagi memimikirkan hal-hal yang bersifat teoritis dan memakan waktu lama, melainkan lebih praktis pada tataran operasional.(xxx)

News Feed