siaranjabodetabek.com -Tuhan telah memberikan setiap manusia otak untuk berpikir. Otak merupakan organ yang paling kompleks pada manusia. Otak memproduksi pikiran sadar yang menakjubkan. Dengan otak kita memiliki kesadaran akan diri dan lingkungan kita. Otak juga membuat kita memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara bebas dalam menghadapi dunia.
Otak membuat manusia mampu berpikir secara terstruktur, memungkinkannya memiliki perasaan, dan menjadi jembatan bagi kesadaran spiritual sehingga memahami makna dan nilai dari kehidupan. Otak juga memberi manusia kemampuan untuk meraba, merasakan sentuhan, memiliki penglihatan, penciuman, dan berkomunikasi.
Otak merupakan tempat menyimpan memori bagi manusia. Di dalam otak ribuan bahkan jutaan memori dapat disimpan. Memori itu direkam sepanjang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, selama manusia hidup, otak akan terus merekam setiap peristiwa yang dialaminya atau informasi yang diterimanya.
Sebagai agama yang paripurna, Islam menempatkan fungsi otak sebagai bagian penting bagi kehidupan manusia. Dalam berbagai ayat Allah Swt memerintahkan manusia untuk memaksimalkan kerja otaknya dengan memperhatikan fenomena-fenamena alam, memikirkan keindahan ciptaan Allah Swt, serta merenungi langit, bumi, jiwa dan semua makhluk yang ada di alam raya. Perintah itu tentu dikarenakan manusia mampu untuk melakukannya. “…..(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran: 191).
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka.” (Q.S. Ar-Rum: 8). “Katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya!” (Q.S. Al-Ankabut: 20). “Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi’.” (Q.S. Yunus: 101). “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?” (Q.S, At-Thariq: 5).
Al-Qur’an telah meletakkan dasar pemikiran ilmiah yang dimulai dengan mengadakan pengamatan, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan menguji kebenaran kesimpulan tersebut. Perintah Al-Qur’an agar manusia mengamati dan merenung merupakan motivasi agar ummat Islam melakukan kajian ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an memberikan kebebasan bagi otak manusia untuk menyingkap segala kebenaran. Islam memerangi taklid yang berpegang teguh pada pandangan-pandangan lama tanpa meninjau dan mengujinya kembali. Ummat Islam harus kreatif dan berusaha melakukan terobosan-terobosan baru yang inovatif untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Rasulullah Saw menyeru ummatnya untuk memikirkan ayat-ayat dan kehebatan ciptaan Allah Swt. Merenungi dan memikirkan ciptaan Allah Swt termasuk ibadah yang paling utama.
Nabi Saw senantiasa memotivasi para sahabat untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berpikir kreatif dan inovatif. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal ketika beliau akan mengutusnya ke Yaman: “Bagaimana kau memutuskan perkara?” Jawabnya: “Aku akan memutuskan dengan apa yang ada dalam kitabullah.” Tanya Rasul lagi: “Jika tidak ada dalam kitabullah?” Jawab Mu’adz: “Maka dengan sunnah Rasulullah Saw.” Tanya Rasul: “Jika tidak ada dalam sunnah Rasulullah?” Jawab Mu’adz: “Aku akan berijtihad dengan akalku.” Rasulullah Saw bersabda: “Segala puji bagi Allah yang memberi taufik kepada utusan Allah.” (H.R. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Rasulullah Saw memotivasi para sahabat untuk berpikir dan bernalar secara argumentatif jika menghadapi permasalahan yang tidak ditemukan hukumnya di dalam Al-Qur’an atau sunnah. Praktek yang sama seyogyanya juga bisa dilakukan dalam menjawab berbagai permasalahan ummat Islam dewasa ini.
Islam adalah agama yang sangat menganjurkan pemeluknya untuk menggunakan nalar dan berkreasi. Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang baik dalam Islam maka ia mendapat pahala sunnah itu dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah itu setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa membuat sunnah (kebiasaan) yang jelek dalam Islam maka ia mendapat dosa sunnah itu dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah itu setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (H.R. Muslim). Sabda Rasulullah Saw ini seyogyanya menjadi motivasi bagi ummat Islam agar menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi manusia. Rasulullah Saw menyatakan orang yang melakukannya akan diganjar pahala yang berlipat ganda dan tidak pernah berhenti selama orang lain memperoleh manfaat dari yang dia ciptakan.*Wakil Ketua Yayasan Perguruan Al-Iman, Bojonggede, Bogor