PKS, ISLAM DAN KEINDONESIAAN

Catatan 19 Tahun PKS

Oleh : Khairulloh Ahyari
Anggota Fraksi PKS DPRD Depok

Partai Keadilan Sejahtera atau PKS lahir dari semangat reformasi yang dimotori oleh para aktifis  mahasiswa dan tokoh muda Islam. Awalnya partai ini bernama Partai Keadilan (PK). Kelahiran PKS tidak dapat dipisahkan dari aktifitas dakwah dan sosial berbasis kampus dan cendekiawan, yang peduli terhadap nasib bangsa Indonesia di akhir masa pemerintahan Orde Baru.

Yang menonjol dari PKS, selain diisi oleh para anak muda, partai ini secara rutin terlibat dalam program pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan bantuan kemanusiaan. Dengan sistem kaderisasi yang teratur, PKS membangun militansi kadernya. Kader membiayai keterlibatan diri mereka dalam agenda politik dan tidak bergantung pada figur. PKS secara konsisten memperjuangan keadilan bagi masyarakat tanpa memandang suku agama ras dan golongan. Dalam setiap demonstrasi maupun kampanye, PKS dianggap mampu memberikan contoh pengerahan massa dalam jumlah banyak dengan tertib, aman dan bersih.

PKS dan Islam

PKS meneguhkan dirinya sebagai partai berasas Islam yang rahmatan lil alamiin. Dalam catatan sejarah, Islam masuk ke Indonesia secara damai sejak abad ke-delapan. Para ulama dan wali penyebar Islam memahami bahwa mereka perlu berinteraksi secara dinamis, konstruktif dan positif dengan beragam realita yang sudah ada di Nusantara. Baik secara keyakinan, kultural, sosial budaya, bahkan dalam ekonomi dan kekuasaan politik, dengan semangat dakwahnya yang rahmatan lil alamiin. Dengan pendekatan yang ramah dan mencakup aspek kehidupan itulah, Islam kemudian menyebar ke hampir seluruh wilayah Nusantara, bahkan menjadi agama yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Pada masa kolonial, para sultan, ulama, dan santri adalah mereka yang terdepan menolak segala bentuk penjajahan. Dalam kurun waktu yang sangat panjang, perlawanan bangsa Indonesia kepada penjajah diinspirasi oleh semangat keislaman yang kuat. Mulai dari Cut Nyak Din di Aceh, Pangeran Diponegoro di Jawa, dan Sultan Hasanudin di Sulawesi adalah contoh perlawanan yang dipimpin oleh para pejuang yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam.

Di masa awal pergerakan untuk meraih kemerdekaan, kita tahu bahwa organisasi Sarekat Islam adalah inspirasi untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang tidak lagi memandang status sosial, dan suku bangsa. Pendiri Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto, sebagai ulama dan pedagang menjadi guru bangsa yang menanamkan pentingnya nilai nilai persatuan, kemandirian, dan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Kepada Sarekat Islam dan HOS Cokroaminoto belajar dan berkumpul  tokoh pergerakan nasional seperti Tan Malaka, Kartosuwiryo dan lain2. Bahkan Sukarno sang Proklamator belajar tentang Islam dan Nasionalisme kepada HOS Cokroaminoto. Di masa selanjutnya KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah dan KH Hasyim Asyari dengan Nahdlatul Ulama, A Hasan dengan Persatuan Islam menjadi lokomotif pergerakan perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.

PKS dan Keindonesiaan

Dalam buku Memperjuangkan Masyarakat Madani, dinyatakan bahwa Indonesia yang dicita-citakan oleh PKS adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat
Masyarakat Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong-royong menjaga kedaulatan Negara.

Pengertian otentik dari masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang merealisasikan Ukhuwwah Islamiyyah (ikatan keislaman), Ukhuwwah Wathaniyyah (ikatan kebangsaan) dan Ukhuwwah Basyariyyah (ikatan kemanusiaan), dalam bingkai NKRI.

Untuk mewujudkan itu, PKS berkomitmen menjaga dan mengawal  empat pilar kebangsaan yang terdiri atas Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Setiap kader PKS berusaha memahami, melaksanakan dan  mensosialisasi dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Para pendiri bangsa sudah sepakat bahwa Pancasila sebagai common denominator, konsensus nasional, atau kalimatun sawa’ yang menjadi basis bagi persatuan, kesejahteraan, dan kemajuan nasional. Pancasila adalah legacy terbesar para pendiri bangsa, yang sebahagian besarnya ulama dan cendekiawan Islam.

PKS sebagai partai politik selalu berusaha memperjuangan kebijakan yang mengutamakan kepentingan nasional, nilai milai keadilan dan memberikan kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan cita cita nasional yang termaktub salam pembukaan UUD 1945 alinea kedua, yaitu ‘Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Penutup

Relasi antara Islam dan keindonesiaan sangatlah apik. Tidak ada alasan untuk mempertentangkan antara keduanya. Justru Islam dan keindonesiaan akan saling menguatkan. Nilai yang terkandung dalam semua sila pada Pancasila bersesuaian dengan nilai2 Islam.

Hubungan yang saling menguatkan antara Islam dan keindonesiaan itulah yang menjadi ruh perjuangan politik PKS dan para kadernya di seluruh Indonesia. Wajah ramah, washatiyah, dan Islam rahmatan lil ‘alamin akan berpadu dengan nilai nilai2 kebangsaan dan patriotisme akan mengantar bangsa Indonesia
mencapai tujuannya yang sangat mulia untuk “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan  ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Wallahu’alam bishawab

(Tulisan ini adalah pandangan pribadi)

News Feed