siaranjabodetabek.com, Jakarta – Beragam upaya dan kebijakan telah dibuat oleh Pemerintah guna menurunkan kasus penularan COVID-19 di Indonesia. Saat ini, Pemerintah sedang menggencarkan vaksinasi COVID-19 sebagai satu tahapan persiapan sebelum transisi pandemi menjadi endemi.
Berdasarkan data vaksinasi COVID-19 per 8 Oktober 2021, Vaksinasi Dosis Pertama sudah berjumlah 98.382.941 (47,24%) dan Vaksinasi Dosis Kedua berjumlah 56.267.095 (27,02%) dengan target sasaran vaksinasi Nasional berjumlah 208 juta jiwa. Dengan proses percepatan vaksinasi diharapkan pada akhir tahun 2021 mencapai 70% penerima vaksinasi COVID-19 diIndonesia.
Upaya Pemerintah yang dilakukan pada saat ini supaya Indonesia dapat memasuki masa transisi dari pandemi menjadi endemi dimulai dari sisi hulu yaitu mengintensifkan vaksinasi, mendisiplinkan Gerakan 3M, mengakselerasikan testing dan tracing, mengintensifkan screening peduli lindungi, dan rumah masyarakat juga harus memiliki ventilasi yang baik.
Meski secara umum penyebaran dan penanganan terkendali, Pemerintah masih terus berupaya menurunkan kasus COVID-19 di seluruh pelosok. Ancaman virus yang dirasa masih akan terjadi beberapa waktu ke depan, menjadikan berbagai strategi dilakukan dengan matang.
Memasuki masa transisi COVID-19 dari pandemi menjadi endemi, Pemerintahpun menguatkan upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir. Percepatan vaksinasi, tetap menjaga disiplin protokol kesehatan (Prokes), penguatan testing, tracing, treatment (3T), serta pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat secara luas, terus digencarkan.
Dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Selasa (19/102021 ), Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Suprapto menjelaskan, terdapat tiga tahapan pandemi COVID-19 menuju endemi. Pada tahap persiapan, upaya preventif dikatakannya harus dikuatkan. Misalnya perilaku Prokes yang sudah melekat atau tertanam (embed), vaksinasi lebih dari 70%, serta penggencaran 3T oleh petugas-petugas yang kompeten.
Kemudian tahap transisi, di mana jumlah kasus terkendali dan angka kematian dapat ditekan.
“Pada tahap ini, kehidupan kita masuk grey area (area abu-abu, tidak pasti), semua demi menjaga Prokes dan hidup berdampingan dengan COVID-19,” ujar Agus di Jakarta, 19 Oktober 2021.
Ketiga adalah tahap endemi. “Tahap endemi adalah setelah semua terkontrol dan harapannya, semua jadi lebih baik.” Endemi, menurutnya, tidak hanya untuk Indonesia, namun juga dunia Internasional.
Ia mengatakan, dengan persiapan dan transisi yang baik, maka dapat bersama-sama dan serentak menuju ke tahap tersebut.
Agus optimis, bila angka kasus semakin turun, tidak terjadi gelombang ketiga pada akhir tahun, serta situasi tetap terkendali seperti saat ini, maka tahun depan ekonomi dapat pulih dan tumbuh
di atas 5%.
“Saat ini, kita harus terus bangun suasana optimis,” tegasnya.
Memasuki November Desember, menurutnya, terdapat kemungkinan menurunnya imunitas warga yang mendapatkan vaksinasi pada awal tahun. Karena itu, kegiatan masyarakat selama Nataru (Natal dan Tahun Baru) harus disertai disiplin Prokes dan kehati-hatian.
“Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin Prokes, serta bersama-sama mendorong upaya 3T,” ujar Agus.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai, tapi pandemi belum selesai. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada pelonggaran pada Prokes.
Hal ini ditekankan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Alexander Ginting. Ia juga menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi.
Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran Pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi; harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan.
“Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang harus berjuang bersama. Jadi ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa virus,” papar Alexander.
Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T.
Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti.
Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama.
“Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80% dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73%,” jelas Dilla.
Menurutnya, memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang lain.
“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi Prokes ketat, kalau perlu, lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” kata Dilla.
Kewaspadaan memang tidak boleh ditanggalkan. Founder & CEO Young on Top (YOT), Director Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan.
Ia berharap, semua orang terutama anak muda yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, tetap peduli dan mendukung program-program pemerintah dalam penanganan pandemi, karena ancaman munculnya gelombang ketiga masih ada di sekitar kita.
Masa pandemi, menurut Billy, memang menyulitkan sebagian pelaku usaha. Namun ada juga yang mendapatkan kemudahan, seperti mereka yang bergerak dalam sektor digital.
Kepada para pelaku usaha agar dapat bertahan di masa transisi, Billy memberikan saran.
“Jaga keuangan, siapkan dana darurat. Selain itu, digitalitasi. Bidang apa pun, baik jasa maupun produk harus masuk ke ranah digital,” katanya.
Situasi COVID-19 di dalam Negeri yang mulai melandai memungut Indonesia untuk masuk ke dalam masa transisi menuju endemi.
“Targetnya, kita harus bisa menurunkan jumlah kasus berat di rumah sakit dan kasus meninggal. Caranya dengan vaksinasi terus berjalan, dan mengupayakan sistem kesehatan berjalan dengan baik. Dengan begitu maka kita siap memasuki masa transisi,” ujarnya. (Adi). ***** Siaran PERS.