siaranjabodetabek.com, Depok – Duta Besar Belanda untuk Indonesia Mr. Lambert Grijns didampingi oleh Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert bersama Dekan FKUI, Hendrik DS Budiono, meninjau sejumlah rumah tua peninggalan Belanda dan juga lapangan sepak bola Kamboja, Depok Lama, Kamis (11/11/2021).
Kunjungan ke Kota Depok di terima oleh Kepala Disporyata Depok Dadan Rustandi dan jajaran Kecamatan Pancoran Mas.
Kepala Diporyata Kota Depok, Dadan Rustandi, menjelaskan kepada wartawan mengenai kunjungan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Mr. Lambert Grijns yang didampingi Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert dan sejumlah pakar dari Fakultas Teknik UI Depok, baru sebatas melihat dan ingin tahu rencana Depok Lama menjadi Kota Tua sebagai salah satu kawasan wisata di masa mendatang.
“Kami perlu melakukan sosialisasi ke warga Depok, menata dan merencanakan lebih matang lagi agar semua program tersebut berjalan dengan sebaik-baiknya termasuk melibatkan YLCC Depok,” kata Dadan, Kamis kemaren.
Menurutnya ini sebagai rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menciptakan wilayah Depok Lama dan sekitarnya menjadi kawasan wisata Kota Tua di Kota Depok.
Sementara itu kata Ketua Bidang Sejarah YLCC Depok, Ferdy Johanthan mengatakan, Hal ini tanpa melibatkan satu orang pun sebagai perwakilan warga Depok Lama keturunan yang sampai saat ini masih bertempat tinggal dan masih hidup walaupun sudah keturunan ke sepuluh ataupun keturunan yang kesekian.
“Kami dari keturunan Kaum 12 Marga sejak jaman penjajahan Belanda walaupun sudah memasuki keturunan ke sembilan atau ke sepuluh kami masih ada dan hidup di Depok walaupun sudah berubah menjadi Kota Depok sekarang,” kata Ketua Bidang Sejarah YLCC Depok, Ferdy Johanthan.
Kegiatan atau rencana program Pemkot Depok khususnya wilayah Depok Lama menjadi Kota Tua sangat kami dukung namun disayangkan dan kami sangat kecewa pengurus maupun anggota YLCC Depok yang ada, sama sekali tidak dilibatkan dalam rencana tersebut, atau malah terkesan pilih pilih karena ada permainan politik.
“Jujur kami kecewa yang sama sekali tidak diundang atau mengetahui kedatangan Duta Besar Belanda untuk Indonesia dan para pakar FTUI melihat kawasan Depok Lama,” ungkapnya.
Menurut dia, sangat disayangkan jika kami yang tau masalah di lapangan setiap saat tidak dilibatkan atau diajak urun rembuk maupun bicara terkait rencana tersebut.
“Silahkan saja Pemkot Depok punya program Kota Tua, akan tetapi kami seharusnya ikut diajak bicara karena masalah penanganan lapangan sepak bola maupun kuburan atau TPU Kamboja YLCC ikut menanggani, bukan Pemkot Depok,” paparnya.
Lebih kecewa lagi adanya rencana lapangan sepak bola yang selama ini dipergunakan warga Depok lama dan seluruh masyarakat yg berdomisili di kota Depok dirubah menjadi lapangan mini soccer yang ditolak oleh warga beberapa waktu lalu, jelasnya.
“Kami yakin Pemkot Depok memiliki program terbaik. Karena rencana tersebut sudah cukup lama direncanakan, kawasan Depok Lama menjadi Kota Tua karena masih banyaknya bangunan peninggalan dari jaman Belanda termasuk penghuninya masih banyak memiliki 12 Marga,” tuturnya. (Dh).