Siaranjabodetabek.id – Mantan Ketua Panwaslu DKI Jakarta 2012 yang kini menjabat Sekretaris PMI Jakarta Utara, Ramdansyah, merespons positif pernyataan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengenai perlunya kekompakan antar-elemen masyarakat di Jakarta Utara. Pernyataan tersebut disampaikan Pramono dalam pertemuan di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11/2025).
Ramdansyah mengakui bahwa Jakarta Utara memiliki banyak tokoh, komunitas, serta energi sosial yang besar. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sinergi dan koordinasi antarpihak.
“Kita ini punya banyak tokoh dan energi, tapi semua itu harus disatukan. Kalau masing-masing berjalan sendiri-sendiri, pembangunan di Jakarta Utara pasti terhambat,” ujarnya.
Ia menilai bahwa pendekatan berbasis ketokohan belum tentu efektif, mengingat tidak semua tokoh benar-benar dekat dengan realitas masyarakat. Bahkan, dalam beberapa kasus, status “tokoh” justru digunakan sebagai legitimasi untuk mendekati lingkaran elite pemerintahan maupun TNI/Polri, tanpa benar-benar menjembatani kebutuhan warga.
Untuk itu, Ramdansyah mengusulkan sejumlah langkah konkret guna memperkuat kerja kolektif di Jakarta Utara. Pertama, ia mendorong pembentukan **forum dialog wilayah** yang diselenggarakan secara rutin dan terbuka. Forum ini melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, pelaku usaha, serta perwakilan pemerintah untuk membahas isu-isu aktual sekaligus mencegah potensi gesekan antarkelompok.
“Banyak persoalan di lapangan sebenarnya muncul dari miskomunikasi, bukan karena perbedaan substansi,” tegasnya.
Kedua, ia menekankan pentingnya **transparansi informasi publik**, khususnya mengenai rencana pembangunan, prioritas anggaran, dan lini masa program. Menurutnya, keterbukaan informasi sejak awal akan membuat warga merasa dilibatkan dan mengurangi prasangka antarkelompok.
“Kalau informasi disampaikan secara terbuka dari awal, warga bisa ikut mengawal, dan konflik bisa dicegah sejak dini,” katanya.
Ketiga, Ramdansyah mengusulkan pembentukan **tim penghubung antarkomunitas** yang berfungsi sebagai mediator informal. Tim ini diharapkan mampu merespons cepat ketika muncul perbedaan pandangan sebelum berkembang menjadi konflik terbuka.
“Mediasi informal jauh lebih efektif untuk menyelesaikan persoalan di akar rumput,” ujarnya.
Dari perspektif kemanusiaan, Ramdansyah juga melihat potensi besar dalam **penguatan jaringan relawan dan latihan kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat**. Menurutnya, situasi darurat justru menjadi momentum untuk menguji solidaritas lintas kelompok.
“Dalam operasi kemanusiaan, semua latar belakang melebur. Ini model yang bisa diterapkan dalam pembangunan wilayah,” kata Ramdansyah.
Ia juga menyarankan penguatan interaksi melalui **kegiatan sosial lintas komunitas**, seperti donor darah, edukasi kebencanaan, hingga kerja bakti bersama. Kegiatan semacam ini, menurutnya, mampu membangun kepercayaan dan mencairkan sekat-sekat sosial yang selama ini menghambat kolaborasi.
“Interaksi langsung di lapangan menciptakan hubungan yang lebih solid daripada sekadar rapat formal,” tambahnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa tantangan utama Jakarta Utara adalah kurangnya kekompakan antarpemangku kepentingan. Ia menyebut Jakarta Utara memiliki banyak potensi, termasuk pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, serta proyek strategis seperti pembaruan kawasan Ancol dan penguatan fasilitas di sekitar Jakarta International Stadium (JIS).
“Banyak jagoan di Jakarta Utara ini, tapi karena kurang komunikasi, akhirnya tidak akur. Padahal kalau semua kompak, pembangunan akan jauh lebih mudah,” ujar Pramono.
Ia berharap koordinasi antarpihak dapat diperkuat agar hambatan-hambatan lama tidak terulang, dan potensi Jakarta Utara dapat dimaksimalkan demi kesejahteraan warganya.









